Salam Budaya !
Sebagai mahasiswa yang aktif di bidang kesenian, tentu kami tak pernah lelah untuk senantiasa berproses. Nah, setelah sebelumnya kami melalui proses Produksi yang ke-69, sekarang kami telah melalui proses selanjutnya, yaitu Pentas Promosi.
Pentas Promosi bisa dikategorikan sebagai pentas produksi juga di Kelompok Peron Surakarta. Bedanya, kalau pentas Promosi ini tujuannya adalah untuk mempromosikan Kelompok Peron Surakarta kepada mahasiswa baru FKIP UNS. Jadi, pentas Promosi 2015 ini bisa disebut sebagai pentas Produksi Peron ke-70.
Mari kita lihat bersama, bagaimana 'sih proses pentas Promosi tahun ini?
Naskah yang kami bawakan adalah 'Pewaris' karya 'Wisran Hadi'. Almarhum Wisran Hadi adalah seorang seniman berdarah Minang yang tetap konsisten berkarya hingga hari tuanya. Beliau juga telah banyak menghasilkan banyak karya serta memperoleh penghargaan dari Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia, serta beberapa penghargaan dari luar negeri, seperti Thailand.
'Pewaris' adalah salah satu dari 50 naskah karya Wisran Hadi yang tercatat sejak 1972 hingga 2000. Naskah ini sendiri dibuat pada tahun 1981. Secara umum, naskah ini menceritakan tentang sebuah kelompok atau kaum yang sudah putus asa, menanti kedatangan seorang Pewaris, satu-satunya orang yang mampu mengentaskan mereka dari keputusasaan.
Sebelum melangkah lebih jauh, biar kami sampaikan para pendukung proses. Tim Produksi ! Tim Artistik !
Ada Alfina F.M. di posisi Ketua Panitia. Sedangkan posisi Stage Manager (SM) digawangi oleh Jonathan Tegar T.S.. Pada sutradara ada Rizki 'Tower'. Pemusik Ihsan, Lika, Fina, Anis, dan Bela. Penata Setting Wahyuning. Penata rias, Dyah Ainur. Penata kostum, Athifah Khairunnisa. Penata cahaya, Supriyatun dan Miftahus Saadah. Adapun para pemainnya adalah... Sumarno, Dhylan 'Bob', Faizal 'Jong', Dyah, Ayu, Rizka, Sri, Ocvy 'Openk', Vinsca, Rima, dan Athifah 'Ipeh'. Dan banyak lagi di Tim Pemproduksian.
Di awal proses, para pemain melakukan bedah naskah bersama sutradara. Bedah naskah ini bertujuan untuk memahamkan dan membuat sebuah garis besar pemahaman yang sama diantara seluruh peserta proses. Dengan adanya sebuah garis besar yang dipegang teguh oleh masing-masing, diharapkan mampu membuat proses berjalan dengan lebih baik.
Berikut cuplikan bedah naskah kami.
Naskah 'Pewaris' ini merupakan hasil pemikiran penciptanya setelah membaca situasi di Indonesia pada masa itu dan menyampaikan gagasannya tentang bagaimana dampak situasi tersebut pada masa yang akan datang. Situasi dalam naskah ini sangat mirip dengan masa Orde Baru, di mana HAM tidak berada pada posisi yang seharusnya, di mana masyarakat telah pasrah menanti orang terpilih (pewaris) yang mampu menolong mereka.
Sejurus dengan itu, sang sutradara menarik kesimpulan tersebut pada masa kini, berkaitan tentang Satrio Piningit. Beberapa waktu yang lalu, ketika pemilihan presiden pada periode ini, banyak tersebar kabar bahwa salah satu capres adalah Satrio Piningit. Lantas, apakah itu benar? Apakah presiden terpilih saat ini adalah benar-benar sang 'Pewaris' yang mampu menyuburkan kembali tanah yang tandus dan membatu? Apakah ia bisa mengembalikan Anggang Gading, simbol keadilan, yang telah hilang?
Yah, kurang lebih seperti itulah kami memaknai dan apa yang hendak kami sampaikan dari naskah tersebut.
Mas Rizki 'Tower' melakukan casting sejalan dengan proses. Di awal proses, Mas Rizki 'Tower' lebih berfokus pada ketubuhan para aktornya.
Daftar Pustaka:
https://id.wikipedia.org/wiki/Wisran_Hadi
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/tokoh/172/Wisran%20Hadi